II. MATERI DAN CARA KERJA
1. Materi, Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
1.1 Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan mengenai “Keanekaragaman Tanaman Famili
Orchidaceae yang terdapat di Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas”antara lain, kamera digital, kertas
dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain tanaman dari famili Orchidaceae.
1.2 Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan selama 14 hari, dimulai tanggal 19 Januari – 04
Februari 2012 di Kebun Raya Baturraden Kabupaten
Banyumas.
2. Cara Kerja
Praktek Kerja Lapangan
dilakukan dengan cara ikut serta dalam kegiatan yang diadakan oleh Kebun Raya
Baturraden. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, identifikasi tanaman,
perawatan dan pendataan tanaman anggrek.
2.1. Persiapan praktek
kerja lapangan
Tahap awal praktek kerja
lapangan dengan memperkenalkan lingkungan lokasi. Tahapan pengenalan lokasi
sebagai tahap persiapan praktek kerja lapangan. Pengenalan lokasi praktek kerja
lapangan meliputi pengenalan seluruh pegawai Kebun Raya Baturraden dan
mengunjungi seluruh wilayah konservasi tumbuhan.
2.2 Mengidentifikasi
tanaman anggrek
1. Tanaman anggrek yang belum diketahui nama spesiesnya dipisahkan
dengan yang lain.
2. Struktur tanaman anggrek yang belum diketahui nama spesies dicatat
sebagai data.
3. Data yang berisi struktur dibandingkan dengan buku literatur yang
ada di Kebun Raya Baturraden, fakultas biologi dan internet.
4. PembErian nama spesies
yang sesuai identifikasi tanaman dan dituliskan pada papan nama.
2.3 Perawatan tanaman
anggrek
1. Penyiraman tanaman anggrek dilakukan sebagai perawatan rutin agar
kelembaban lingkungan selalu terjaga.
2. Penggantian media arang dilakukan agar nutrisi untuk tanaman
anggrek tercukupi.
3. PembErian fungsi dan
pupuk cair sebagai perawatan berkala agar tidak tumbuhnya gulma serta jamur
yang dapat membuat tanaman anggrek terserang penyakit atau mati.
2.4 Pendataan tanaman
anggrek
1. Siapkan papan nama dan lembar pengisian pendataan.
2. Papan nama diberi nama spesies dengan benar, kode tanaman, dan lokasi
asal tanaman.
3. Papan nama yang sudah berisi data akan dipasang pada tanaman
anggreknya dan data ditulis kembali pada lembar pengisian pendataan sebagai
catatan.
III. EVALUASI
KERJA
A.
Deskripsi Kebun Raya Baturraden
Pada konferensi
penyelamatan dunia, setiap negara di himbau untuk mengiventarisasi flora dan
fauna yang ada. Rekomendasi tersebut langsung ditanggapi oleh pemerintah
Indonesia dan instansi - instansi terkait dalam hal ini adalah LIPI, istansi
yang mendeteksi tumbuhan asli Indonesia yang terancam kepunahan. LIPI
menginformasikan kepada setiap gubernur di setiap daerah agar membangun sebuah
kebun raya sebagai upaya pelestarian fauna dan flora. Gubernur Jawa Tengah melihat peluang ini untuk membangun kebun
raya yang terletak di kaki Gunung Slamet. Gagasan Gubernur Jawa Tengah untuk
membangun Kebun Raya di Wana Wisata Baturaden disetujui oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri selaku Wakil Presiden RI pada waktu itu. Pembangunan
memperhitungkan segi geografis dari Gunung Slamet (P.T. Bina Karya, 2000).
Kebun Raya Baturraden yang dibangun,
letaknya berdekatan dan menjadi satu kesatuan dengan Wana Wisata Baturraden
yaitu Loka Wisata yang dikelola oleh Pemda Kabupaten Banyumas dan Wana Wisata
Baturraden dengan Bumi Perkemahannya yang semula dikelola olah P.T. Perhutani
Unit I Jawa Tengah dan sejak Oktober 2002 oleh P.T. Palawi sebuah anak
perusahaan P.T. Perhutani (P.T. Bina Karya, 2000).
Gambar 1. Kebun Raya Baturraden Kabupaten Banyumas
sebagai Balai Penelitian Tumbuhan dan Pengelolaan Taman Hutan Rakyat.
Kebun Raya Baturraden kaya akan berbagai potensi
flora yang masih alami. Flora tingkat rendah hingga tingkat tinggi terdapat
disana dan yang dapat dijadikan komoditi utama juga sangat banyak, misalnya
pohon pinus (Pinus mercusii). Kebun
Raya Baturraden memiliki fungsi sebagai tempat konservasi berbagai spesies
tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi diantranya Aracaceae, Orchidaceae,
Pteridophyta, Tanaman Langka, Tanaman Obat, Bambu (Bamboo calamus) dan pembibitan tanaman. Pengkoleksian tumbuhan
tersebut dimaksudkan untuk pelestarian agar tidak terjadi kepunahan terhadap
tumbuhan - tumbuhan tersebut khususnya tumbuhan endemik Gunung Slamet. Pelestarian
flora yang ada disana akan melindungi kekayaan spesies yang berada di tempat
tersebut. Lokasi Kebun Raya Baturraden terletak di Desa Kemutuk Lor, Kecamatan
Baturraden, Kabupaten Banyumas (Pudjiharta, 2009).
B.
Deskripsi Tanaman Anggrek
Anggrek
merupakan tanaman berbunga yang termasuk kedalam famili Orchidaceae. Tanaman
berbunga indah ini tersebar luas di pelosok dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan
di seluruh dunia terdapat sekitar 20.000 spesies anggrek dengan 900 genus dan
tersebar di 750 negara. Kurang lebih 5000 spesies diantaranya tersebar di
Indonesia. Selain itu, anggrek merupakan suku terbesar dalam Spermatophyta
(Sandra, 2005).
Anggrek alam atau anggrek hutan
biasanya dikenal sebagai anggrek spesies. Anggrek - anggrek spesies ini tumbuh
secara alami di tempat - tempat yang tidak dipelihara oleh manusia. Anggrek -
anggrek spesies ini memegang peranan penting sebagai induk persilangan (Purwantoro,
2002). Kebun Raya Batturraden memiliki berbagai macam jenis anggrek, mulai dari
anggrek spesies sampai anggrek persilangan. Anggrek - anggrek tersebut
dikoleksi oleh Kebun Raya Baturaden agar tidak mengalami kepunahan di alam.
Penempatan Anggrek dilakukan pada tempat khusus yaitu rumah kaca agar terjaga
intensitas cahaya yang menyinari tanaman anggrek tersebut.
Tabel 1. Keanekaragaman Koleksi Tanaman Anggek di Rumah Kaca Kebun
Raya Baturraden.
No.
|
Species
|
Family
|
Tempat
|
Ketepatan dengan
buku data
|
Keterangan
(kode)
|
Lokasi
keberadaan
|
1
|
Agrostophyllum
cyathiforme J.J.Sm.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
70, 70A, 77, 77A.
|
A.
|
2
|
Appendicula
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
51
|
C.
|
3
|
Bulbophyllum
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
56, 56A, 71
|
A.
|
4
|
Cymbidium
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
46,50, 50A-C, 54
|
C.
|
5
|
Dendrobium
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
32, 32A, 45
|
B.
|
6
|
Eria
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
3, 12, 33, 33A, 12, 74, 78
|
A.
|
7
|
Eria
bractescens Lindl.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
102, 102A-D
|
Bagian Tengah Terletak Disebelah Kiri
Rumah Kaca.
|
8
|
Eria
hyacinthoides (Blume) Lindl.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
17
|
C.
|
9
|
Eria
iridifolia
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
15, 16, 73, 79, 79A-C, 94, 94A-C
|
A.
|
10
|
Eria
javanica (Sw.)Blume
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
2, 2A, 6, 6A, 7, 40, 60, 60A (hidup)
10, 10A, 11, 11A, 34 (mati)
|
D.
|
11
|
Liparis
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
44
|
B.
|
12
|
Liparis
latifolia
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
110, 110A-B
|
Bagian Tengah Terletak Di Meja
Tengah Rumah Kaca.
|
13
|
Malaxis
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
67 (hidup)
97, 97A-C (mati)
|
A.
|
14
|
Phalaenopsis
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
59, 59A-I (hidup)
59J (mati)
|
D.
|
15
|
Phaius
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
39, 39A, 84, 105
|
A.
|
16
|
Pholidota
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
4, 5, 35, 38, 98, 104A-C
|
D.
|
17
|
Pholidota
ventricosa
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
30, 52, 52A, 53, 53A, 55
|
D.
|
18
|
Thrixspermum
sp.
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
43, 108
|
B.
|
19
|
Trichotosia
ferox Blume
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Tepat
|
75, 82, 86
|
C.
|
20
|
Trichotosia
velutina
|
Orchidaceae
|
Hutan GN. Slamet Batturaden
|
Kurang Tepat
|
41 (ada 3 indv. Di RK tetapi di buku data
hanya 1 indv.)
|
A.
|
Keterangan Lokasi :
A = Bagian Depan Terletak Disebelah Kiri
Rumah Kaca.
B = Bagian Depan Atas Terletak Disebelah
Kiri Rumah Kaca.
C = Bagian Depan Terletak Disebelah Kanan
Rumah Kaca.
D = Bagian Depan Atas Terletak Disebelah
Kanan Rumah Kaca.
Macam - macam anggrek yang dikoleksi
oleh Kebun Raya Baturraden, diantaranya Dendrobium
sp, Phaius sp, Liparis sp, Phalaenopsis sp Malaxis sp, Eria sp,Pholidota sp, Thrixspermum sp, Cymbidium sp, Trichotosia sp, Appendicula sp, dan Agrostophyllu sp. Anggrek - anggrek ini ada yang sudah
umum dikenal dan ada yang belum dikenal oleh masyarakat. Pengenalan anggrek di
awali dengan mengidentifikasi morfologi setiap genus anggrek dan spesies
anggrek tersebut. Deskripsi macam - macam anggrek di Kebun Raya Baturraden
yaitu:
1. Tanaman Anggrek Appendicula Blume.
Appendicula
dalam bahasa latin beraati alat tambahan kecil. Nama ini timbulberdasarkan
karena anggrek ini memiliki alat tambahan kecil pada pangkal bagian dalam
bibir, yang biasanya berbentuk cekung mengarah ke bawah atau ke atas. Sifat
khas anggrek Appendicula sp.
merupakan anggrek epifit atau anggrek tanah, dengan sifat-sifat bunga seperti
anggrek Dendrobium sp. Perbedaan Appendicula sp. dengan Dendrobium sp. yaitu tidak memiliki
pseudobulbus atau umbi semu dan batangnya tidak membesar. Pollinia pada Appendicula sp. berjumlah enam dan
bunganya tidak membuka lebar (Suryominoto, 1987).
Gambar 2. Tanaman Anggrek Appendicula sp. di Rumah Kaca Kebun Raya Baturraden.
2.
Tanaman Anggrek Bulbophyllum Thouars.
Anggrek Bulbophyllum
termasuk anggrek epifit yang memiliki ciri khas pseudobulbus beruas satu.
Anggrek ini menempel pada batang pohon dan menyerap nutrisi dari pohon
tersebut. Daun bersukulen dan tebal serta berwarna hijau (Suryominoto, 1987).
(a) (b)
Gambar 3. Morfologi
Anggrek Bulbophyllum sp. meliputi :
(a) Buah Anggrek Bulbophyllum sp.
berbentuk seperti lentera. (b). Daun Anggrek Bulbophyllum sp. tebal dan berwarna hijau kecoklatan.
3.
Tanaman Anggrek Cymbidium sp.
Anggrek
Cymbidium sp. termasuk anggrek tanah
karena hidup pada permukaan tanah. Anggrek ini memiliki umbi semu yang
tertutupi pelepah daun.Daun anggrek Cymbidium
sp. memanjang dan tebal. Pembunggan tumbuh pada ketiak dan berbunga banyak. Ukuran bunga relatif
besar dan dengan ukuran labelum yang beragam (Mahyam, 2003).
Gambar 4. Tanaman Anggrek Cymbidium sp. yang terletak di bagian
bawah Rumah Kaca Kebun Raya Baturraden.
4.
Tanaman Anggrek Dendrobium Swartz.
Nama genus Dendrobium berasal dari bahasa Yunani dendron yang berarti pohon
dan bios yang berarti hidup. Anggrek Dendrobium
termasuk anggrek epifit yang biasanya menempel pada batang pohon. Akarnya
pendek dan tidak berambut akar. Akar Dendrobium
bersimbiosis dengan mychorhiza (Suryominoto, 1987).
Gambar 5. Tanaman
Anggrek Dendrobium sp. Hutan Gunung
Slamet Kebun Raya Baturraden.
5.
Tanaman Anggrek Eria Blume.
Eria
berasal
dari kata yunani yang artinya wol atau rambut wol. Nama ini sesuai dengan bunga
Eria yang kebanyakan beranbut halus.
Tanaman Anggrek Eria mempunyai sifat
khas mirip dengan Dendrobium.
Perbedaan terletak pada pollinium. Eria memiliki
8 pollinium sedangkan Dendrobium mempunyai
4 atau 2 pollinium yang beralur dalam atau berpasangan. Eria termasuk dalam anggrek epifit yang memiliki batang yang
bervariasi, ada yang berbatang panjang, pendek atau umbi semu. Daun Eria dapat dibedakan dari ada tidaknya
rambut halus. Struktur bunga Eria
soliter atau tandan berukuran kecil, memiliki daun pelindung dan berwarna
(Suryominoto, 1987).
Gambar
6. Tanaman Anggrek Eria sp Hutan
Gunung Slamet.
5.1
Eria javanica (Bl.) Lindl.
Anggrek epifit yang berumbi semu tertutup
sarung - sarung daun yang rudimenter. Daun anggrek Eria javanica berbentuk lanset, tebal terutama ke arah pangkalnya
dan meruncing. Anggrek Eria javanica berbungga
bentuk tandan dan berwarna variasi. Bunga akan tumbuh di dekat ujung umbi semu
dengan panjang 54 - 60 cm. Bunga berbau harum dan berlabelum lanset. Anggrek Eria javanica memiliki nama lain yaitu Eria rugosa (Suryominoto, 1987).
Gambar 7. Tanaman Eria
javanica (Sw.) Blume Hutan Gunung Slamet Baturraden.
Penyebaran
anggrek Eria javanica terdapat di
Asia Selatan dan Tenggara. Pertumbuhan anggrek akan menempel pada batang pohon
atau dipermukaan batuan di tempat kering yang terlindung maupun terbuka
(Mahyar, 2003).
5.2
Eria hycinthoides (Bl.) Lindl.
Anggrek epifit dengan umbi semu dan berbentuk
seperti kerucut dengan tinggi 5 - 8 cm. Daun berbentuk lonjong memanjang, pangkal
meruncing, asimetris, panjang helaian daun 20 - 30 cm dan tulang daun terlihat
transparan. Bunga genus Eria berbentuk
tandan, memiliki daun kelopak punggung yang berambut halus berwarna putih
(Suryominoto, 1987).
Gambar 8. Tanaman Anggrek Eria hyacinthoides (Bl.) Lindl. Hutan Kebun Raya Baturraden.
5.3
Eria iridifolia Hook.f.
Anggrek epifit dengan batang yang
pendek (hampir tidak terlihat) karena tertutup pelepah daun. Daun berbentuk
lanset dan berujung runcing. Anggrek Eria
iridifolia berbunga dengan terdapat bulu pada bunga. Bibir bunga lebar dan
panjang mengarah ke bawah (Mahyar, 2003).
Gambar 9. Tanaman Anggrek Eria iridifolia Hook.f. yang terletak di bagian depan Rumah Kaca
Kebun Raya Baturraden.
Penyebaran anggrek Eria iridifolia terdapat di Semenanjung
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Hidup pada alam bebas seperti hutan pada
ketinggian 700 - 1.600 dpl (Mahyar, 2003).
6.
Deskripsi Tanaman Anggrek Liparis L.C.Richard
Nama
Liparis berasal dari kata Yunani
“liparos” yang berarti “berminyak” dikarenakan genus Liparis kelihatan
mengkilat seperti ada minyak pada seluruh bagian tanamannya. Anggrek Liparis termasuk anggrek tanah atau epifit,
daunnya terlihat mengkilat dan berlipat membujur sedangkan jika Liparis yang
epifit daunnya tidak berlipat membujur (Suryominoto, 1987).
6.1
Liparis latifolia (Bl.) Lindl.
Salah
satu spesies dari genus Liparis in termasuk kedalam yang epifit. Struktur
daunnya beruas, memanjang, runcing ujungnya (Suryominoto, 1987).
Gambar 10.Tanaman
Anggrek Liparis latifolia (Bl.)
Lindl. yang terletak di bagian tengah Rumah Kaca Kebun Raya Baturraden.
7.
Tanaman Anggrek Malaxis Swart
Kata
Malaxis berasal dari kata Yunani
“malakos” yang berarti “lunak”, nama ini ada hubungannya dengan keadaan daunnya
yang lunak sehingga menjadi ciri khas genus anggrek ini. Anggrek Malaxis sp termasuk kedalam anggrek tanah simpodial (Suryominoto, 1987).
Gambar 11.Tanaman
Anggrek Malaxis sp yang mati di Rumah Kaca Kebun Raya
Baturraden.
8. Tanaman
Anggrek Phaius Loureiro.
Phaius
berasal dari kata Yunani, yang berarti warna tua dikarenakan pada saat penemuan
pertama kali spesies ini berwarna tua sehingga di beri nama Phaius. Anggrek ini termasuk kedalam
anggrek tanah, dengan ciri - ciri yang khas. Batang anggrek ini biasanya kecil
dan ada juga yang memiliki pseudobulbus dengan ruas yang banyak. Daunnya tidak
sukulen (tidak berdaging), tipis dan helaian daunnya besar (Suryominoto, 1987).
Gambar 12.Tanaman
Anggrek Phaius sp. terletak pada
bagian bawah Rumah Kaca.
9. Tanaman Anggrek
Phalaenopsis Blume.
Penemuan anggrek Phalaenopsis berawal pada saat Blume berjalan di hutan suatu ketika
dikira melihat sederetan kupu-kupu putih menempel di salah satu cabang,
ternyata dilihat jelas adalah sederetan bunga yang mirip seperti kupu-kupu dan
diberi nama Phalaenopsis. Anggrek Phalaenopsis berarti kata phalaenos yang
berarti kupu-kupu dan opsis berarti melihat. Anggrek ini termasuk kedalam
anggrek epifit yang berbatang pendek. Daun Phalaenopsis
tebal, sukulen (berdaging), dan helaian daunnya besar. Bungga anggrek ini
bermekar besar (Suryominoto, 1987).
(a) (b)
Gambar 13.Morfologi
Anggrek Phalaenopsis meliputi : (a)
Daun Anggrek Phalaenopsis yang tebal
dan sukulen. (b) Bungga Anggrek Phalaenopsis
sp..
10.
Tanaman Anggrek Pholidota Lindley
Nama
Anggrek Pholidota dijabarkan dari dua
kata Yunan yaitu Pholus dan dotis yang memiliki arti suatu pembErian (emas kawin) raja. Tanaman anggrek
Pholidota sp. termasuk anggrek yang hidupnya epifit atau litofit dengan umbi
semu. Bentuk bunga bertandan yang menancap pada ujung umbi semu atau calon umbi
semu, memiliki daun pelindung yang relatif besar dan kelopak bunganya konkaf
atau berkantung (Suryominoto, 1987).
Gambar 14.Penataan
Tanaman Anggrek Pholidota sp di bagian depan Rumah Kaca Kebun Raya
Baturraden.
10.1
Pholidota ventricosa (Bl.) Rchb.f.
Termasuk anggrek yang hidupnya epifit
simpodial dengan umbi semu berbentuk kerucut. Tinggi tanaman ini 6 - 8 cm
dengan tangkai yang kuat dan terlihat beruas. Bunga anggrek Pholidota ventricosa bertandan dan tegak
jika tumbuh liar ditempat - tempat berbatu. Ukuran bunga kecil, tetapi jumlah
bunganya relatif banyak (Suryominoto, 1987).
Gambar
15. Tanaman Anggrek Pholidota ventricosa
Hutan Gunung Slamet.
11.
Tanaman Anggrek Thrixspermum Loureiro.
Nama
Thrixspermum tersusun atas 2 kata
dari bahasa Yunani, yaitu thrix yang berarti rambut dan spermum berarti biji.
Anggrek ini termasuk anggrek epifit yang berbatang monopodial. Akarnya panjang
dan terlihat berwarna putih. Anggrek ini jarang berbungga dan jika berbunggu
akan cepat gugur kembali (Suryominoto, 1987).
Gambar 16.Tanaman
Anggrek Thrixspermum sp. Hutan Gunung
Slamet Kebun Raya Baturraden.
12.
Tanaman Anggrek Trichotosia Blume
Anggrek yang
hidup epifit dengan karakteristik rimpang yang menjalar, batang yang kaku dan
menggantung. Anggrek ini biasanya terdapat bulu pada daun sampai dengan
pelepahnya. Perbungaan anggrek Trichotosia
Blume berada pada ujung batang dan berukuran sedang. Biasanya bersimbiosis
dengan mycorhiza pada akar anggrek epifit. Akar anggrek juga pendek atau tidak
memiliki rambut akar. (Mahyar, 2003)
12.1
Trichotosia ferox Blume
Batang pada anggrek Trichotosia ferox besar, kaku dan
menggantung mengarah ke atas. Daun berbentuk lanset dengan ujung yang
meruncing. Perbungaan terjadi pada batang yang panjang dan terlindungi oleh
daun pelindung (Mahya, 2003)
Gambar 17.Tanaman
Anggrek Trichotosia ferox Hutan
Gunung Slamet Kebun Raya Baturraden.
C. Pemeliharaan Tanaman Anggrek
Pemeliharaan
tanaman terutama pembibitan anggrek selalu menjadi prioritas utama yang menjadi
perhatian. Hal ini dimaksudkan agar kualitas tanaman yang dihasilkan akan
berbungga baik. Pemeliharaan meliputi menyiraman dua kali sehari dengan air,
pemberian pupuk cair dengan campuran vitamin, dan pestisida untuk menjaga
tanaman anggrek tersebut tidak terkena penyakit serta bebas dari serangan
serangga atau hama. Pemeliharan yang dilakukan minimal 2 bulan sekali, yaitu
penggantian media tanam (pakis, arang, dan pot). Pemberian pupuk N, P, K secara
rutin dimaksudkan agar unsur hara yang didapatkan oleh tanaman anggrek
seimbang, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman anggrek akan
seimbang dan maksimal.
(a) (b)
Gambar
18.Pemeliharaan Tanaman Anggrek yang meliputi : (a) pemberian pupuk cair,
vitamin dan pestisida. (b) penyiraman rutin setiap hari.
Menurut
Ginting (2008), Media tumbuh yang baik bagi anggrek (famili
Orchidaceae) harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak lekas
melapuk dan terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman,
mempunyai aerasi dan draenase yang baik serta lancar, mampu mengikat air dan
zat-zat hara secara optimal, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar,
untuk pertumbuhan anggrek dibutuhkan ph media 5-6, ramah lingkungan serta mudah
didapat dan relatif murah harganya.
Media tumbuh tanaman anggrek yang
umum digunakan adalah arang, pakis, moss, potongan kayu, potongan bata atau
genting, serutan kayu, kulit pinus dan serabut kelapa. Masing-masing bahan
media tersebut mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap pertumbuhan anggrek,
tergantung jenis, agroklimat
lingkungan, dan lokasi lahan. Penggunaan ragam
media di daerah dingin, lembab dan bercurah hujan tinggi berbeda dengan daerah
panas. Di daerah dingin sebaiknya pilih media yang sangat porous dan sedikit
menyerap air. Meningkatnya kelembaban karena air berlebih mampu mengundang
penyakit sehingga akar menjadi kurang sehat, sebaliknya di daerah panas pilih
media yang mampu menyerap air (Ginting, 2008).
Berdasarkan data hasil pengamatan di
atas, dapat disimpulkan bahwa keaneragaman tanaman anggrek di Kebun Raya
Baturraden sangat bervariasi. Pengamatan yang dilakukan memperoleh hasil 20
spesies dari 12 genus yang dapat di identifikasi berdasarkan morfologi tanaman
tersebut. Pengidentifikasian tanaman anggrek ini dilakukan dengan mencirikan
morfologi tanaman yang ada dan mencocokkan dengan literatur yang telah ada.
Pencocokkan lebih mendominasikan pada gambar-gambar morfologi hasil dengan
gambar morfologi literatur yang didapatkan.
DAFTAR
REFERENSI
Bey, Y. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3)
dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amanilis BL.) Secara In Vitro. Laboratorium Botani Jurusan PMIPA FKIP.
Universitas Riau.
Fijridiyanto. 2000. Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa
dan Satwa Nasional. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI. Bogor.
Ginting, B. 2008. Membuat Media Tumbuh Anggrek.
Deptan. Jakarta
Mahyar, U,W.
2003. Jenis-jenis Anggrek Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. 83p.
P. T. Bina Karya. 2000. Pekerjaan Pembuatan Master
Plan dan Studi Kawasan Kebun Raya Indonesia Baturraden. Purwokerto.
Pudjiharta, A. 2009. Pengaruh perubahan lahan
hutan terhadap hasil air di Baturaden. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor.
Purwantoro, A. 2005. Kekerabatan Antar Anggrek Spesies
Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman dan Bunga. Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Sandra, E. 2005. Membuat Anggrek Rajin Berbungga.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sulistiarini, D. 2000. Anggrek dari Kepulauan Sunda
Kecil. Balitbang Botani, Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Suryowinoto, M. 1987. Mengenal Anggrek Alam
Indonesia. Penerbit P.T. Penebara Swadaya. Jakarta.
Waston, J.B. 2004. Dendrobium cuthbertsoii Orchida. New York. USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar