Sabtu, 16 Juni 2012

ORKHIDOLOGI

PERBANYAKAN VEGETATIF















Oleh :
                                 Nama                : Asti Fitriani              B1J009009
                                                              R. Muh. Angga        B1J009033
                                                              Putri Dyas                B1J009078     
                                                              Ummu Fatimatuz     B1J010163     
                                                              Retno Pratiwi           B1J010196
                                 Rombongan     : IV
                                 Kelompok        : 2
                                 Asisten              : Edmunda Veka Ermayanti






LAPORAN PRAKTIKUM ORKHIDOLOGI






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012


I.   PENDAHULUAN
           A.    Latar Belakang
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan (Boulline dan Went, 1933).
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh factor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (Simmler, 2010).
Zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Inisiasi tunas anakan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi auksin tersebut, salah satunya adalah IAA (Krisantini, 1999). Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenil adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek (Ashari, 1995).



B.     Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk dapat melakukan perbanyakan vegetatif dengan benar sesuai dengan pola pertumbuhan jenis anggrek sehingga diperoleh keturunan yang sama dengan induknya.










II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan adalah pot, kawat, tali rafia, gunting stek dan pisau, sedangkan bahan yang digunakan Anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, media sabut kelapa basah, pupuk dan fungisida.

B. Metode
Cara kerja untuk anggrek Sympodial adalah sebagai berikut :
1.      Disiapkan anggrek yang sudah penuh sehingga perlu direpotting.
2.      Dikeluarkan tanaman dari pot secara hati-hati.
3.      Akar yang tua dan tidak aktif dipotong sehingga tinggal rhizoma dan sisakan akar yang aktif.
4.      Tanaman dipotong-potong masingmasing 3 batang (bulb) satu ama lain berhubungan.
5.      Tanam pada pot yang telah disediakan, bulb yang paling tua hendaknya diletakkan di bagian tepi pot, untuk menopang bulb digunakan kawat untuk mengait agar tanaman tidak roboh dan ditempatkan pada tempat yang teduh.

Cara kerja untuk anggrek Monopodial adalah sebagai berikut :
1.      Disiapkan anggrek Vanda yang tingginya sekitar 76 – 100 cm.
2.      Dipotong dari bagian batang 30-45 cm dan paling tidak ada aarnya satu buah.
3.      Setelah dipotong, bekas potongan dicelupkan pada larutan fungisida untuk menghindari pertumbuhan jamur, selama 3 menit.
4.      Ditanam pada pot yang telah diisi media, ditempatkan pada tempat yang teduh.




III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

(a)

(b)

(c)

Gambar 1.Tanaman Anggrek yang dipasangkan pada taman tengah Fakultas Biologi   UNSOED, yaitu (a) Anggrek Dendrobium sp., (b) Anggrek Cattleya sp., dan (c) Phalaenopsis sp..








 B. Pembahasan
Beberapa tumbuhan anggrek disiapkan untuk diperbanyak, diantaranya Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., dan Cattleya sp.. Anggrek yang masih menjadi satu dipotong-potong dengan gunting menjadi tanaman baru yang siap untuk di tanam pada media. Media yang digunakan adalah pohon-pohon yang ada di lingkungan sekitar. Media pohonan membuat anggrek menempel pada batang pohon tersebut. Akar anggrek akar muncul dan menempel, sehingga anggrek hidup serta menyerap nutri makanan dari pohon tersebut. Perbanyakan vegetatif adalah pengulangan dan penggandaan jenis yang diwujudkan pada terciptanya generasi baru dimana bahan tanamnya selain biji. Pada tanaman anggrek yang distek. Substansi yang disebut rhizokalin pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek (Boulline dan Went, 1933). Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan menanam satu tunas baru pada media tanam buatan (Yanti et al., 2010)
Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda. Sifat-sifat yang menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, yaitu tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Menurut Yusnida (2006), kondisi lingkungan dan status fisiologi yang penting bagi tanaman adalah :
1. Status air
     Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam kondisi turgid.
2. Temperatur
Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
3. Cahaya
Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tamnaman sumber tergantung pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi cahaya yang tepat.
4. Kandungan karbohidrat
Menurut Hartmann (1997), untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi translokasi hormon dan substansi lain yang mungkin penting untuk pengakaran, sehingga terjadi akumulasi zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk membangun kompleks makromolekul, elemen struktural dan sebagai sumber energi. Walaupun kandungan karbohidrat bahan stek tinggi, tetapi jika rasio C/N rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N berkorelasi negatif dengan pengakaran stek.
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh (200-100 W/m2) dan bebas dari hama atau penyakit (Paun et al., 2010).
Perbanyakan vegetatif menurut Rochiman (1973),  dibagi menjadi 2 :
1.        Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya. Keuntungan perbanyakan vegetatif alami yaitu :
·      dapat dipraktekkan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji
·       sifat pohon induk diturunkan ke generasi berikutnya
·       masa juvenil relatif pendek
·       mempercepat persediaan bibit
Sedangkan kelemahan perbanyakan menurut Yusnida (2006), vegetatif alami:
·       infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke semua tanaman
·       bahan tanam akan menghabiskan tempat, tidak seperti biji
·       periode penyimpanan bahan tanam pendek
·       mekanisme perbanyakan pada beberapa tanaman tidak praktis.
·       Perbanyakan secara vegetatif dinilai kurang efektif, jumlah anakan   yang dihasilkan sangat terbatas.
2.        Perbanyakan vegetatif buatan (adanya campur tangan manusia), ada 2 macam, yaitu :
·       Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat, yaitu okulasi,    grafting, kultur jaringan.
·       Perbanyakan vegetatif tanpa perbaikan sifat, yaitu cangkok dan stek (daun, batang, akar) (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Media yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif tanaman anggrek adalah arang dan serbuk pakis. Kelebihan dari media tersebut adalah tumbuh lebih cepat dan mampu menyerap air dan hara lebih optimal, selain itu mudah didapat dan harganya terjangkau. Kelemahannya adalah organ akar yang tumbuh tidak kuat terhadap substratnya, rentan terhadap hama (Ashari, 1995).





IV. KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.                  Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu perbanyakan vegetatif alami dan perbanyakan vegetatif buatan.
2.                  Faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif yaitu status air, cahaya, temperatur dan kandungan karbohidrat.









  
DAFTAR REFERENSI
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Boullin dan Went. 1933. Perbanyakan Vegetatif melalui Stek. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, dan R. L. Geneve. 1997. Plant propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J.        

Krisantini, Tanu, M. dan Irawati. 1999. Pengaruh IAA dan GATerhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Anggrek Dendrobium Walter Ouemae 4N Singapore White. Bul, Agron. 27(2): 18-21.

Paun, O., R. M. Bateman., F. M. Fay., Hedren., Civeyrel, L. dan M. W. Chase. 2010.
Stable Epigenetic Effects Impact Adaptation in Allopolyploid Orchids (Dactylorhiza: Orchidaceae). Mol. Biol. Evol. 27(11): 2465–2473.

Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. 72 hal.

Simmler, C., Antheaume, C. dan Lobstein, A. 2010. Antioxidant Biomarkers from Vanda coerulea Stems Reduce Irradiated HaCaT PGE-2 Production as a Result of COX-2 Inhibition. Plos One 5(10): 1 – 9.

Yanti, L., A., Buhaira dan Nancy. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Penyemprotan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Plantet Anggrek Dendrobium (Dendrobium jade gold) pada Tahap Aklimatisasi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi.

Yusnida, B., Syafii, W. dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (Ga3) dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amabilis Bl) secara In Vitro. Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):41-46.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar